Jumat, 01 Maret 2013

SINOPSIS BIG EPISODE 1 (PART 3)


 SINOPSIS
BIG
EPISODE 1
(PART 3) 
Di rumah sakit.
Yoon Jae baru kembali ke ruangannya dan menemukan catatan kecil di makanan yang di bawa Da Ran. Dia lalu membacanya
Isi pesan Da Ran : Yoon Jae, kelihatannya kau sibuk! Jadi aku pergi dulu. Kita akan pergi melihat furniture besok, sampai ketemu besok.
Yoon Jae kelihatan sedih setelah membacanya. Dia sedang memikirkan sesuatu.

Esok paginya.
Di halaman rumah Kyung Joon ada sepeda sepeda motor besar dengan warna merah menyala.. Keren abis dech!!.
Pamannya bertanya,”ini motor yang kau maksud,kan? Ini kuncinya!
Setelah dia merogoh kuncinya di saku celananya, dia memberikannya pada Kyung Joon. Kyung Joon menerimanya dan masih melihat-lihat desain motor itu.
Pamannya berkata,”aku menghabiskan banyak waktu untuk berusaha membuat mencari ini dan membelikannya untukmu.
Kyung Joon tertawa sinis dan menyindir,”kadang artinya berbeda jika kau menggunakan bahasa Korea. Kau menggunakan warisan ibuku. Jadi kau tidak membelikannya untukku, kau membelinya atas namaku.
Kyung Joon masuk ke dalam rumah, sedangkan pamannya kesal mendengarnya.
Pamannya berkata,”tepat! Aku membelinya atas namamu.
Pamannya balik badan dan mengejar Kyung Joon.
Pamannya memanggilnya,”Kyung Joon!
Di dalam rumah sudah ada bibinya yang menata pizza bekunya di dalam lemari pendingin.
Pamannya berkata,”Kyung Joon, kau tidur di tempat tidur yang sama sejak kecil. Haruskan aku belikan tempat tidur baru atas namamu?
Kyung Joon menjawab,”tidak apa-apa. Kalau bukan tempat tidur itu, aku tidak bisa tidur.
Bibinya bertanya,”mungkinkah kau tidak bisa tidur karena rumah ini terlalu besar?
Pamannya melanjutkan,”benar! Rumahnya terlalu besar hanya untuk satu orang. Bagimana jika aku carikan tempat yang lebih kecil untuk kau tinggali?
Bibinya tersenyum lebar mendengar perkataan suaminya.
Kyung Joon menolak,”tidak apa-apa. Omma membelikan rumah ini untukku, jadi aku akan tinggal disini saja.
Kyung Joon meninggal mereka berdua dan menuju kamarnya dan menutup pintu.
Bibinya yang masih memegang pizza kesal karena rencananya gagal, sedangkan suaminya hanya bisa diam.
Kyung Joon di dalam kamarnya dan melihat tempat tidur mungil yang berbentuk seperti mobil-mobilan itu. Dia ingat sewaktu kecil bermain bersama ibunya di atas tempat tidur itu.

Flash Back
Ibu Kyung Joon berkata,”Kyung Joon, kita sudah dewasa.
Ibu Kyung Joon mengambil mainan di tangan Kyung Joon kecil. Ibu Kyung Joon menggenggam kedua tangannya.
Ibu Kyung Joon berkata,”Kau akan menjadi dewasa jika tidur sendirian di tempt tidurmu sendiri. Tidur, yuk?!
Ibunya tertawa dan Kyung Joon kecil ikut tertawa. 
Ibunya membaringkannya di tempat tidur itu agar tidur siang.
Ibu Kyung Joon menyelimutinya sambil berkata,”tidurlah! Tutup matamu!
Ibu Kyung Joon membelai-belai rambut Kyung Joon kecil,”cantik sekali!
End Flash Back
Kyung Joon berbaring dan mengingat kejadian saat itu. Ternyata kakinya sudah melebihi tempat tidurnya.
Kyung Joon berkata,”big enough. Aku sudah tumbuh cukup besar.
Di tempat penjualan furniture
Kyung Joon melihat-lihat tempat tidur. Lalu dia melihat sebuah tempat tidur dan tertarik. Dia berjalan menuju ke tempat tidur itu dengan diikuti pemiliknya.
Pemiliknya bertanya,”tempat tidur ini lumayan, kan? Ini tinggal satu-satunya.
Kyung Joon menjawab,”kelihatannya cukup bagus. Tapi aku harus menidurinya agar tahu.
Kyung Joon duduk di tempat tidur, sedangkan pemiliknya bengong
Kyung Joon menatap pemiliknya dan berkata,”jika aku bisa terlelap di atasnya, aku akan membelinya.
Da Ran juga sedang berjalan menuju ke tempat furniture itu.
Pemilik berkata,”aigoo, kau datang lagi!
Da Ran berkata,”aku ingin melihat tempat tidur itu lagi dan menandatangi kontraknya.
Pemiliknya bingung dan berkata,”pelanggan yang lain sedang melihat-lihat tempat tidur itu sekarang.
Da Ran terkejut dan menunjuk Kyung Joon,”orang itu sedang menidurinya sekarang?
Kyung Joon tidur miring dan membelakangi mereka berdua.
Pemilik menjawab,” dia bilang kalau dia bisa tertidur di atasnya, dia akan membelinya. Dia akan segera menandatangani kontraknya. Maaf!
Da Ran kesal,”aku memilih tempat tidur itu duluan.
Da Ran mendekati Kyung Joon yang tidur membelakanginya dengan memasukkan jempol tangan kanannya ke dalam mulutya, sedang tangan kirinya dia silangkan.
Da Ran menyentuh tirai atas,”aku memilih ini. Benar-benar!
Da Ran duduk di samping Kyung Joon. Da Ran penasaran dengan seseorang yang tidur di sana. Da Ran mendekati Kyung Joon. Karena merasa ada seseorang yang duduk disampingnya dan melihatnya Kyung Joon-pun menoleh. Mereka berdua sama-sama terkejut.
Da Ran dan Kyung Joon akhirnya duduk dan berbicara.
Da Ran tanya,”aku datang ke mari dengan tunanganku untuk memilih furnitur pernikahan. Tapi apa kau benar-benar mau membeli tempat tidur ini?
Kyung Joon menjawab,”aku sedang mempertimbangkannnya.
Da Ran sedikit kecewa dan berkata,”ada begitu banyak tempat tidur di sini. Ini tidak ada apa-apanya.
Kyung Joon menjawab,”ini cukup bagus!
Da Ran berkata,”aku sudah melihat banyak furnitur belakangan ini. Jadi aku tahu! Bahannya sangat jelek untuk tubuh manusia.
Kyung Joon menjawab,”tidak terasa seperti itu bagiku.
Da Ran bertanya,”dan juga. Meskipun terlihat kokoh, tiang ini sebenarnya sangat rapuh! Lihatkah seberapa panjang kakimu. Bagaimana jika kau terbentur saat kau melewatinya?
Da Ran menendang tiang penyangga tempat tidur disampingnya lalu menggoyang-goyangkannya.
Da Ran berkata,”lihatlah betapa bergoyangnya!
Kyung Joon melihat ke atas,”menurutmu begitu?
Da Ran menunjuk ke atas,”lihat bagian atasnya juga, sangat tidak stabil juga.
Kyung Joon bertanya,”siapa juga yang akan sengaja menariknya?
Da Ran yakin,”kenapa tidak akan ada yang menariknya? Tentu saja mungkin.
Da Ran berdiri dan menariknya.
Da Ran berkata,”ini akan runtuh kalau kau menariknya. Arggghhh..
Tara…. Penyangga itu bener-bener putus dan Da Ran jatuh miring ke tempat tidur dengan mulut terbuka lebar karena terkejut. Kyung Joon hanya melihat kebodohan Da Ran.
Pemilik menyodorkan surat kontrak.
Pemilik berkata,”ini kontrak atas kerusakan tempat tidurnya.
Da Ran mau tidak mau mengambil kontrak itu dan menandatanganinya.
Da Ran lalu menoleh kesal ke arah Kyung Joon yang melihat-lihat barang furnitur yang lain.
Da Ran menatap tajam ke arah Kyung Joon,”dia juga tertarik dengan tempat tidurnya.
Da Ran menggigit bibir bawahnya.
Da Ran menaruh sendok dan sumpit di depan meja Kyung Joon, sedangkan Kyung Joon duduk dengan tangan kirinya disandarkan dikursi dan menatapnya.
Da Ran berkata,”ini adalah tempat yang membuat sup daging sapi paling enak di Korea. Minum ini selagi hangat.
Kyung Joon mencobanya, tapi rasanya keasinan, lalu menambahkan air ke dalam sup itu.
Da Ran berkata,”bagian yang rusak pada tempat tidurnya barusan, bagaimanapun tidak berpengaruh dengan fungsinya. Dan kau tidak akan melihatnya setelah diperbaiki.
Kyung Joon menganggukkan kepalanya,”tidak ada yang akan sengaja melihat bagian itu juga.
Da Ran menjawab,”tepat sekali. Aku bisa memberimu diskon besar dari harga yang aku beli.
Kyung Joon bertanya,”berapa banyak?
Da Ran menjawab,”20?
Kyung Joon menatapnya dan menjawab,”50.
Da Ran mencoba menawar,”30?
Kyung Joon menjawab,”50.
Da Ran menawar lagi,”40.
Kyung Joon tetap pada jawabannya,”50.
Da Ran kesal dan akhirnya menyerah.
Da Ran berkata,”baiklah! Kalau begitu 50. Kalau begitu, kau berjanji membelinya, kan?
Kyung Joon berkata,”tidak.
Senyum Da Ran hilang.
Da Ran bertanya,”bukankah barusan kau bilang akan membelinya?
Kyung Joon menjawab,”tidak
Da Ran membujuk dan memohon,”bagiku itu adalah furnitur pernikahan. Bisakah kau memahamiku dan membelinya?
Da Ran sampai menangkupkan kedua tangannya agar Kyung Joon berubah pikiran.
Kyung Joon berkata,”aku tidak membelinya, aku hanya lihat-lihat saja. Bagaimana bisa aku punya uang untuk membelinya.
Da Ran sedih dan bertanya,”bukankah kau membelinya untuk orang tuamu?
Kyung joon menjawab,”guru, tidakkah kau melihat riwayatku? Aku yatim piatu. Aku tidak punya orang tua untuk ku belikan.
Da Ran merasa bersalah.
Da Ran berkata pelan,”aku minta maaf!
Kyung Joon memakan supnya dengan lahap, sedangkan Da Ran menatapnya kasihan.
Lalu ada telp masuk dan Da Ran mengangkatnya.
Da Ran berkata,” Yoon Jae.
Seperti biasanya, Da Ran selalu membentuk LOVE. Hahahha…
Kyung joon yang makan sup mendengar nama Yoon Jae lalu menatap kesal sama Da Ran. Dia melihat tangan kanan Da Ran membentuk LOVE di mejanya. Hahahhaaaa..
Da Ran berkata,”oh..kau tidak bisa datang,ya? Mau bagaimana lagi. Kau sibuk sekali. Jangan cemas, tidak apa-apa. Iya! Iya!
Kyung Joon menatapnya. Da Ran di telp terlihat senang tapi Kyung Joon tahu kalau Da Ran begitu sedih dan kecewa.
Kyung Joon kembali memakan supnya.Da Ran menutup telp dengan muka sedih. Kyung Joon masih menatap Da Ran yang memakan supnya dengan muka sedih.
Di rumah sakit, Se Young melihat foto Da Ran dan Yoon Jae di tempwel dinding. Dia mengambil foto itu dan meremasnya lalu membuangnya ke tempat sampah.
Saat dia akan pergi, dia berpapasan dengan Yoon Jae dan beberapa dokter.
Se Young bertanya,”operasinya sudah selesai?
Dokter menjawab,”ya!
Yoon Jae memijat tengkuk lehernya
Dokter itu bertanya pada Yoon Jae,”aku lapar! Ayo, kita pergi makan
Se Young bertanya,”Seo Yoon Jae, kapan kau berencana mengirim undangan pernikahannya?
Dokter itu menambahkan,”oh, iya. Undangan pernikahanmu belum dicetak, ya?
Yoon Jae menjawab,”belum!
Yoon Jae berjalan menuju ruangannya, sedangkan Se Young tersenyum senang mendengarnya.
Se Young berkata,”ganti pakaianmu, lalu mari kita pergi makan
Dokter itu menjawab,”baik.
Malam itu, Da Ran belajar di kamarnya sambil terkantuk-kantuk. Dia lalu melihat undangan pernikahannya yang digantung di lampu belajarnya.
Da Ran semangat,”sekarang belum waktunya tidur.
Da Ran memukul-mukul kedua pipinya dan merenggangkan kedua lengannya.
Da Ran berkata,”hoey..hoey.. hoey! Hoey
Da Ran kembali semangat belajar.
Pagi itu, Kyung Joon naik sepeda motornya ke sekolah. Dia melihat Da Ran berlari-lari dari halte bis.
Da Ran berkata,”kalau terlambat, kepala sekolah akan mengomeliku. Aku bisa gila.
Tepat ada genangan air di pinggir jalan, Kyung Joon mempercepat laju sepeda motornya. Alhasil, baju Da Ran basah terkena cipratan air itu. 
Da Ran terkejut dan kesal,”ahhh..sheesshh
Kyung Joon menoleh ke belakang dan tertawa senang.
Da Ran melihat jam tangannya,”uhh, aku bisa gila!

Di gerbang sekolah, Guru Na berdiri dengan membawa pemukul dan menertibkan para siswa. Dibelakangnya ada 2 siswa laki-laki yang membantunya mencatat para siswa yang melanggar.
Guru Na berkata,”cepat masuk!.
Guru Na menunjuk Kyung Joon dan berkata,”hey, siswa laki-laki.
Kyung Joon berjalan ke arah Guru Na.
Guru Na bertanya,”inikah seragam sekolahmu? Di mana seragam sekolahmu?
Kyung Joon menunduk dan melihat pakaiannya.
Kyung Joon menatap Guru Na dan menjawab,”aku belum membelinya.
Guru Na berkata,”yang akan datang poinmu akan dikurangi. Belilah dalam waktu seminggu dan pakailah.
Kyung Joon menjawab,”baik.
Da Ran akhirnya sampai di gerbang sekolah yang melihat kejadian itu.
Da Ran menyapa,”Guru Na Hyo Sang, selamat pagi!
Melihat Da Ran.....Guru Na langsung salah tingkah dan menghindar menuju pada siswa yang melanggar.
Guru Na berkata,”kemari! Berdiri dengan tegap. Kesini. Cepat ke sini!
Da Ran lalu masuk dan menatap punggung Kyung Joon. Dia merasa kasihan dan sedih.
Di sebuah ruangan, Da Ran sedang duduk dan menulis sesuatu. Kyung Joon lalu masuk dan berdiri di hadapannya. Melihat Kyung Joon datang, Da Ran menutup bukunya.
Da Ran berkata,”duduklah!
Kyung Joon menarik kursi dan duduk di depan Da Ran.
Kyung Joon bertanya,”ada apa?
Da Ran menjawab,”aku barusan melihatnya.
Kyung Joon hanya menghela nafas.
Da Ran berkata,”aku malu kalau kau pergi ke sekolah seperti itu. Sekolah ini punya aturan tersendiri.
Kyung Joon menatap Da Ran
Da Ran mengambil tas coklat yang sudah dipersiapkannya dan menaruhnya di atas meja.
Da Ran berkata,”tidak sulit bagiku mendapatkan pakaian ini. Jadi, aku jangan sungkan memakainya.
Kyung Joon melihat isi tas itu yang ternyata seragam sekolah lalu menatap Da Ran.
Da Ran melanjutkan,”pakai itu sebelum kelas siang dimulai, pakai tanda pengenalmu juga. Aku melihat kau memasukkan tanganmu ke dalam kantong selama di kelas tadi. Yang akan datang jangan lakukan itu.
Kyung Joon diam
Da Ran meninggalkan ruangan itu. Kyung Joon hanya melihatnya pergi lalu mengeluarkan isi dalam tas dan melihat seragam itu.
Kyung Joon berkata,”aku bilang aku yatim piatu, tapi aku tidak bilang aku yatim piatu miskin.
Tiba-tiba Da Ran kembali dan mengambil pekerjaannya tadi. Kyung Joon hanya menatapnya. Da Ran sangat malu dan meninggalkan ruangan itu.
Kyung Joon balik badan dan tersenyum melihat tingkahnya.
Kyung Joon berkata,”kau terlalu banyak berpikir yang bukan-bukan,guru Gil.
Kyung Joon berganti pakaian di ruang ganti. Dia memakai jas sekolahnya.
Kyung Joon berkata,” aku heran kenapa tidak sulit baginya untuk mendapatkan ini, kain ini…
Kyung Joon tersenyum manis… cakep banget deh!
Dia lalu mengambil dompetnya dan berjalan keluar dengan membawa tas pemberian Da Ran tadi. Dia berhenti sebentar dan melihat-lihat sekitar, lalu membuka dompetnya. Ada gambar sepasang malaikat di sebelah kanan dompetnya.
Di mejanya ada sebuah buku sepasang malaikat yang sama dengan kepunyaan Kyung Joon, kartu undangan beserta tiket pesawat atas nama Seo Yun Jae dari INCHEON ke LA tanggal 19 juni 2012 jam 13:25 PM. Yoon Jae duduk di meja menatap tiket itu. Dia sedang memikirkan sesuatu. Lalu membuka buku itu dan menyelipakan tiket itu di dalamnya dan menutupnya. Buku itu berjudul MIRACLE.
Di ruang kelas, para siswa sedang ramai membicarakan gosip yang beredar. Melihat Da Ran masuk, para siswa kembali duduk di tempatnya masing-masing.
Ketua kelas berdiri,”perhatian. Beri salam pada guru.
Para siswa membeli salam,”halo, guru!
Da Ran membalas memberi salam.
Tatapannya langsung menuju Kyung Joon yang sudah memakai seragam pemberiannya. Kyung Joon sadar kalau diperhatikan. Awalnya dia mendesah pelan lalu mengeluarkan tangannya dari saku celananya dan tersenyum pada Da Ran. Melihat hal itu Da Ran-pun tersenyum. Da Ran memulai pelajarannya.
Da Ran bertanya,” terakhir kali kita berhenti di halaman berapa?
Tiba-tiba..Seorang siswa laki-laki yang memotong sambil menunjuk ke kursi guru.
Siswa laki-laki tu berkata,”guru, silahkan duduk di kursi lalu berbicara.
Para siswa yang lainnya pada tertawa mendengarnya. Ternyata di kursi sudah ada bantal duduk.
Da Ran tidak mengerti,”aku belum pernah melihat bantalan ini sebelumnya.
Siswa laki-laki tadi menjawab,”kami menyiapkannya untukmu.
Para siswa yang lain tertawa.
Siswa laki-laki di sebelah kanannya menambahkan,”bukankah tulang selangka-mu sakit?
Mendengarnya para siswa tambah tertawa terbahak-bahak.
Da Ran bingung dan melihat Kyung Joon, sedangkan Kyung Joon hanya diam.
Ada siswa laki-laki yang menyeletuk,”jangan pegang pulpennya juga, pergelangan tanganmu akan sakit.
Da Ran mencoba tabah dan mulai mengajar. Dia mulai menulis di papan tulis.
Da Ran berkata,”aku tidak sakit di mana-mana, tetap tenang dan dengarkan pelajarannya.
Kyung Joon kasihan melihatnya.
Ada siswa laki-laki yang menyeletuk lagi,”terima kasih. Terima kasih. Tulang selangka-ku patah dan aku pergi ke rumah sakit.
Kedua siswa laki-laki itu berdiri dan menari ke kanan dan ke kiri.
Kyung Joon diam dan menoleh. Begitu pula dan para siswa yang lain, melihat tingkah mereka berdua.
Siswa laki-laki di sebelah kanannya berkata,”kau bahkan di saat kau sedang terluka, jadi terima kasih. Terima kasih.
Siswa laki-laki  berkata,”dan dia seorang dokter!
Siswi perempuan menambahkan,”terima kasih. Terima kasih.
Da Ran hampir menangis berdiri di depan kelas. Kyung Joon yang mendengarnya hanya menatap Da Ran. Dia tahu Da Ran sedang sedih.
Da Ran berkata,”tenanglah!
Siswa perempuan,”terima kasih. Terima kasih!
Kyung Joon diam.
Siswa laki-laki berkata,”semuanya bersama-sama. Terima kasih. Terima kasih.
Da Ran berteriak,”kalian semua tenanglah!
Kyung Joon diam walaupun kesal.
Tapi semua siswa masih mengolok-olok Da Ran.
Para Siswa berkata,” terima kasih. Terima kasih.
Choong Shik yang mendengarnya berdiri dan marah.
Choong Shik menepuk pundak siswa laki-laki itu.
Choong Shik berkata dengan marah,”hentikan!
Tapi semua siswa tidak menghiraukannya.
Kyung Joon hanya melihat Da Ran yang terdiam mematung di depan kelas.
BERSAMBUNG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar